Penyesalan memang selalu datang di akhir. Dan, hari ini adalah hari penyesalan terbesar dalam hidupku. Andai aku bisa memutar waktu kembali, ingin rasanya aku kembali ke 8 bulan yang lalu.
Brrrrt. Handphoneku berdering. Ada whatsapp masuk dari sahabatku, Acha. Ka, hari ini ketemu yuk, gue traktir sushi. Lunch time ya! Aku pun tersenyum dan langsung membalasnya. Wih, tumben, lo sehat? Okay, see you ya Cha 😘
Acha adalah sahabatku semasa kuliah. Dimana ada Aka, disitu pasti ada Acha. Orang-orang bilang, kami kaya anak kembar. Pergi kuliah, pacaran, nongkrong semuanya harus sepaket. Cuma ke toilet aja kayanya yang gak bareng. Hihi.
Karena kesibukan masing-masing, sudah sekitar 3 bulan terakhir kami belum berjumpa kembali. Sahabatku yang satu ini memang ngangenin.
Tepat jam 12 siang, aku pun sudah duduk manis di resto sushi kesayangan kami. Dan, as always, Acha si miss leti telat lagi. Cha, cha...gak berubah-berubah dari jaman kuliah.
"Akaaaa! Ya ampun, kangen banget gue, udah lama ya kita gak ketemu. Gimana kabar bokap nyokap?", si miss leti pun merayu manja khas ala Acha. Dia pun langsung memesan menu-menu sushi favorit kami.
"Yaelah Cha, asli ngeselinnya gak berubah sih! Masih aja miss leti. Eh, btw coba cerita ini dalam rangka apa sih lo tumben-tumbenan nraktir gue setelah sekian purnama?", aku pun gak sabar menanyakan maksud dan tujuannya hari ini.
"Ka, lo tau kan gue setia banget tuh dikantor. Nah, gue baru aja di promote jadi manager Ka. Thanks God banget kan? Dan lo orang pertama yang gue kasih tau loh selain bokap nyokap!"
"Ya ampun Cha, I'm so happy for you! Congrat yaa Acha sayang and thanks loh buat traktirannya, semoga makin mantap karirnya bu Manajer ya... hahaha."
Kami pun ngobrol ngalor ngidul sambil melahap sushi-sushi segar favorit kami. Tiba-tiba, mimik wajah Acha berubah menjadi serius kaya.
"Hmm, Ka, lo kan financial advisor nih, gue tetiba kepikiran deh pengen bikin asuransi, gimana menurut lo?"
Pernyataan Acha hampir saja membuatku tersedak. Karena sangat jarang anak muda seusia kami yang sadar dengan perencanaan keuangan. Kalo soal investasi, Acha termasuk yang expert sih.
"Cha, jujur gue seneng banget denger lo ngomong gitu! Lo gak sakit or abis kejedot kan?", ucapku sambil menggodanya dan memegang dahinya.
"Iiiih, Aka...gue serius! Pas gue baru di promote jadi pas ada budgetnya nih. Tapi kan lo tau nih Ka, ortu gue anti banget yang namanya asuransi."
"Iya juga sih ya, gini aja sebagai sahabat lo, gue bantuin deh kasih pencerahan buat si Om sama Tante ya. Weekend ini gue main ke rumah lo ya sambil kita ngobrol sama ortu lo, Cha. Gimana?"
Acha pun nyengir dan mengiyakan ideku. Tawa canda kami pun kembali pecah selama sesi makan siang kali ini. Ternyata, sudah lama juga gak ngobrol sama sahabatku ini.
Weekend pun akhirnya tiba, aku pun ke rumah Acha untuk makan siang bareng orang tuanya sambil ngobrol santai tentang rencana Acha untuk memilih asuransi yang tepat untuknya.
Karena sudah sahabatan sejak kuliah, akupun cukup akrab dengan orang tuanya Acha. "Hai, tante wah spesial banget nih masakannya hari ini. Aduh, aku Kangen loh Tan, masakan tante kaya jaman kuliah dulu hihi."
"Iya Akasya, ini Tante masak spesial buat sahabat kesayangan Acha loh! Dia udah request masak yang spesial katanya. Gimana kerjaan kamu Ka?"
"Alhamdulillah sih Tante, biasalah namanya juga freelancer dan entrepreneur start up. Doain ya Tante lancar terus nih."
"Eh, ada Aka, gimana-gimana Ka bisnis kamu lancar?"
"Eh si Om, apa kabar Om? Sehat kan? Alhamdulillah Om, so far so good nih.", aku pun menghampiri Papinya Acha dan seperti biasa kami pun langsung larut dalam obrolan seputar bisnis.
Acara makan siang kami pun berjalan lancar dan hangat. Rasanya seperti di rumah sendiri. Acha pun memberi kode untuk memulai pembicaraan soal asuransi. Hampir aja aku tertawa ngakak melihat Acha mengedipkan mata persis kaya orang cacingan. Hahaha.
"Mih, Pih, kan pas banget nih Acha baru aja di promote jadi Manajer, jadi pas ada uang ekstra. Kemarin sih Acha ngobrol sama Aka, kayanya Acha pengen bikin asuransi."
"Iya Om, Tan, kemarin Acha ngobrol sama aku. Menurutku, ini bagus banget momennya mumpung Acha masih muda juga Om. Kayanya memang harus ambil asuransi kaya aku nih. Kalo soal investasi mah Acha udah bagus banget Om, Tan.", aku membantu Acha menjelaskan dan menyerahkan ilustrasi asuransi yang diminta Acha.
"Aduh, gak usahlah itu bikin asuransi, nanti yang ada uang kamu hangus Cha!"
"Tapi Pih, kata Aka ini penting dan dia aja udah punya juga asuransi. Nah, pas aku ada budget ekstra makanya aku mau bikin sekarang."
"Iya, Om... jadi memang selain investasi, asuransi itu penting juga buat Acha...ka..."
"Udah, pokoknya Papi gak setuju. Kamu juga ya, Akasya, kamu itu sahabatan sama Acha tuh pamrih ya ternyata. Ini Acha kan baru aja di promosiin, gak perlu dulu lah asuransi. Nanti-nanti aja!"
"Tapi, bukan begitu cara kerjanya asuransi, Om!"
"Udah ya, Cha. Papi gak mau denger lagi soal asuransi. Kalo Aka masih nawarin kamu asuransi, mending kalian gak usah temenan lagi lah!"
"Pih, Papi keterlaluan. Acha sudah besar Pih, Papi gak bisa ngatur-ngatur Acha kaya gini. Dan Papi juga keterlaluan sama Aka!", Acha menahan emosinya dan lari ke kamarnya.
Du. Dudu. Dudu. Kok suasananya jadi gak enak gini sih.
Aku pun bergegas pamit kepada orang tua Acha. Hubungan kami pun merenggang. Acha terakhir kali menghubungiku untuk meminta maaf atas sikap Papinya malam itu.
Waktu pun berlalu. Sampai akhirnya, malam itu teman-teman seangkatan di kampus mengadakan acara reuni. Aku berharap bisa bertemu Acha. Kangen banget rasanya sama sahabat kesayanganku ini.
"Oiii Ka, mana kembaran lo? Tumben lo dateng sendiri. Biasanya kemana-mana berdua lo!"
Mataku langsung menjelajah seisi ruangan, berharap ada Acha disana. Bertemu dengan teman-teman kuliahku membuatku larut dengan suasana. Semalaman itu pun kami tertawa terbahak-bahak menertawakan kekonyolan semasa kuliah.
Aku terbangun karena hapeku berbunyi. Hampir saja kumatikan karena kupikir salah pasang alarm. Tapi, seketika aku terjaga saat melihat nama si penelpon. Papinya Acha.
"Akasya, nak, tolong Om nak. Tolong buatin asuransi buat Acha Ka... tolongin Acha...", suaranya bergetar menahan tangis.
Sesampainya di rumah sakit, aku pun gak kuasa menahan air mata ini ketika memeluk maminya Acha. Ya Allah Cha, kenapa jadi kaya gini.
Ketika papinya Acha datang dari ruang administrasi, beliau pun menghambur kepadaku langsung bersimpuh di hadapanku.
"Akasya, tolongin Om Ka...tolongin Acha, Ka... Tolong Ka, buatin asuransi buat Acha, Ka. Om mohon dengan sangat Ka..."
Aku pun ikut bersimpuh dan membantu Papinya Acha bangkit dan duduk di kursi. Orang tua mana yang tidak hancur saat melihat anak semata wayangnya terbaring tak berdaya di ruang ICU.
"Maafin Akasya Om, tapi bukan begitu cara kerjanya Om!", kata-katanya rasanya tercekat di ujung tenggorokanku. Berat sekali rasanya mengatakan hal tersebut.
Acha ternyata mengidap kanker. Selama ini, uangnya hingga harta kedua orang tuanya terkuras habis untuk pengobatannya. Termasuk pinjam sana sini ke keluarga dan kerabat mereka.
Di penghujung malam itu pun, Acha menghembuskan nafasnya. Dan kejadian ini adalah penyesalan terbesar dalam hidupku. Sebagai sahabat dan sebagai seorang financial advisor, aku seharusnya bisa melindungi Acha.
Tuhan memang sudah menggariskan takdir seseorang, tapi andai saja Acha memiliki asuransi yang mumpuni untuk membiayai biaya pengobatannya. Entahlah, mungkin saja akan beda ceritanya.
Jadi, mulai sekarang aku bertekad untuk mengedukasi dan melindungi orang-orang yang kusayangi. Untuk kamu yang mau menolak sales asuransi dengan alasan ampuh, lain kali bilanglah bahwa kamu itu keturunan keluarga Edward Cullen yang bisa hidup abadi.
Karena, percayalah...hidup dengan penyesalan dan rasa bersalah jauh lebih menyakitkan daripada kematian.
ceritanya asik enak dibaca.
BalasHapusbener, jangan langsung nolak sales asuransi, dengerin aja dulu. kalau toh belom mampu, ya bisa dikomunikasikan.
pas lagi ada uangnya, gak salah juga ambil polis. BTW keluarga Edward Cullen apa ada ya ?? wkwk
Bener banget. Toh niatnya seles juga baik kan memberikan informasi dan menawarkan produk secara baik-baik. Kalau gak berkenan bisa di bilang baik-baik ya.
HapusAku sepakat banget nih mbak. Emamg asuransi gak bakal kerasa pas kita lagi sehat. Tapi selagi butuh banget dan kita gatau kapan, pasti kita ngerasa bersyukur punya asuransi
Hapusceritanya seruuuu tapi bener banget mba, penyesalan itu selalu tiba di belakang, itu sebabnya asuransi sering disebut sebagai payung :)
BalasHapusdulu aku ngga paham soal asuransi sampai aku sendiri yang sakit dan butuh biaya banyak, dari situ aku sadar butuh proteksi kesehatan.
BalasHapusSedih banget 🥲
BalasHapusAsuransi memang jadi penolong banget sih apalagi kalau tau kita punya sakit keras gitu. Pasti nguras segals uang sih. Asal jangan salah aauransi aja ka. Kita harus tau Asuransi seperti apa yang mau kita gunakan sesuai kebutuhan kita.
Yups sebenarnya asuransi memang sangat perlu buat kita, tinggal cari mana yang sesuai kebutuhan
HapusGila! Ini aku seperti baca novel lo mbak shynt, serius! Aku larut didalamnya. Eeh, anyway itu Acha gak ngasih tahu kalau kena kanker sama ortunya ya sebelumnya?
BalasHapusTerkadang memang orang baru sadar merasa butuh ketika benar-benar terjadi. Bagus kak, cara penyampaiannya.
BalasHapusDuh, si om galak banget sampe mending ga berteman. Manfaat teman tuh banyak dan walau ga langsung kelihatan.
BalasHapusApa mungkin si Om pernah punya pengalaman yg kurang mengenakkan hingga begitu alergi mendengar penjelasan asuransi.
BalasHapusSy termasuk yg telat mengetahui bahwa asuransi itu peruntukannya justru utk mereka yg masih sehat, buat jaga2. Kalau sudah sakit, ga ada yg mau mengcovernya lagi, hiks.
Penyesalan memang selalu datangnya belakangan ya.
HapusSemoga lebih bijak dalam menolak sesuatu agar tidak ada penyesalan di kemudian hari.
Duh semoga aja aku dan keluarga tak mengalami seperti itu ya. Penyesalan yang bikin sedih dan mau ngulang waktu juga tak bisa :(
BalasHapusYup saya juga heran kok banyak yang ga suka asuransi
BalasHapusBahkan banyak anekdote tentang asuransi
Padahal dalam agama Islam juga tercantum lho, Suami harus nyiapin dana buat istri
Orang tua buat anak nya
Kalau udah punya asuransi misalnya ada yang nawarin yah tinggal bilang, maaf saya sudah punya A. Kalau dipaksakan juga ya barulah aneh yang menawarkan.
BalasHapusIyaa...pelajari dulu asuransi baru putuskan bagaimana. Terkadang kita terlalu terburu-buru menolak.
BalasHapusAku senang mbak dengan asuransi apalagi di masa-masa kritis pasti kita membutuhkannya. Saya berharap melalui asuransi saya bisa melihat masa depan jauh lebih baik.
BalasHapusKirain original story ternyataaa. Hahaha. Hebat ini Mba Shynta ilustrasinya. Emang benar sih, zaman sekarang kasarnya kita gampang jatuh miskin gara-gara gak punya asuransi. Sehat itu mahalll. Pendidikan itu mahalll. Masa depan itu mahal. Jadi ya harus sedia payung sebelum hujan. Kalo soal sales asuransi, saya lihat2 dulu produknya. Kalo dirasa saya sudah punya, buat apa lagi saya terima tawaran lain ya kan? Lihat-lihat sikon.
BalasHapusAsuransi memang dibutuhkan untuk proteksi jika terjadi hal yang gak diinginkan yaaah. Mudah2an sih gak kejadian, tapi kita kan gak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti
BalasHapusHiks ..kepergian Acha bikin nabok yaa, penyesalan memang selalu datang terakhir.Semoga kita makin melek dengan pentingnya asuransi bagi masdep
BalasHapusCeritanya dalem dan nyesss banget sih ini, seandainya waktu bisa diputar ya huhu, paling enggak membantu biaya pengobatan..
BalasHapusBerat banget kehilangan sahabat yang dekat dan tau-tau pergi meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Aku ngebayangin beratnya kesedihan orang tua Acha selama ini.
BalasHapusMerinding bacanya...memang kita harus sedia payung sebelum hujan ya. Untuk antisipasi semua keadaan. Yang penting sebelum memutuskan ambil asuransi, kita harus paham bagaimana S n K nya.
BalasHapusNice story. Intinya ya kita memang harus punya kesungguhan dalam menjalani hidup, apalagi hidup pun memerlukan biaya. Pengennya sih aku cerita panjang lebar nih hehe tapi nanti lama kelarnya wkwkw. Semoga mendapat rejeki yg berkah deh u.menjalani hidup aamiin.
BalasHapusBaru kali ini aku baca kisah tentang asuransi yang 'menggigit' seperti ini. Bener juga ya, persiapan untuk melindungi diri harus mulai dipikirkan dari sekarang.
BalasHapusSeru ceritanya, bikin betah bacanya dan bahkan udah akrab didalamnya juga. Oke deh nih ceritanya tentang asuransi bikin mudah paham
BalasHapusendingnyaa.. iya memang hidup dengan rasa bersalah itu bikin gak tenang, gak nyaman, pada akhirnya ya gak menikmati hidup itu sendiri
BalasHapusSuka banget sama dialog dan scene nya yang ngalir..
BalasHapusMemang suka bikin cerita yaa, kak?
Asuransi ini bagaikan obat.
Ditolak-tolak, tapi pas membutuhkan, pasti nyari deeh..
Wahh, kak ini beneran mind-blowing siik, baguus banget dirimu bikin jalan cerita kayak giniii
BalasHapusasuransi memang super duper penting... tapi masih banyak yg under-estimate yaaa
Selain dilindungi oleh asuransi kantor, suami juga memutuskan membuat asuransi kesehatan untuk kami berdua. Persiapan untuk masa pensiun agar tidak bergantung pada anak-anak nantinya. Selain kesehatan, kami juga bela-belain menyisihkan dana untuk asuransi sekolah anak-anak. Setidaknya ada bala bantuan seandainya dana yang ada tidak mencukupi.
BalasHapusSedia payung sebelum hujan. Saat kita mampu secara finansial, tidak ada salahnya berinvestasi dalam asuransi.
Inalilahi wainalilahi rojiun. Semoga acha mendapatkan tampa terbaik ya Mba. Perlindungan asli penting banget. Alhamdulillah keluarga ada bpjs lega. Kemarin kepake juga buat rawat inap emak mertua.
BalasHapusIni fiksi kan ya?
BalasHapusKeren mbak edukasi kyk gini soal asuransi kyknya lbh mudah dicerna dan nampol kalau dibaca org. Apalagi masa skrng, asuransi penting ya.
kalo ada pihak asuransi yang telepon atau dari finansial lainnya aku selalu bilang gini, "mba mau nawarin asuransi atau pinjaman online? to the point aja ya" trus masih berkelit, kubalas, "makasi mba/mas nanti aku googling buat penjelasannya" trus tutup deh.
BalasHapusbtw BPJS ini menolong bokap saat harus pasang ring di jantung bulan Oktober tahun lalu
Iya pentingnya sih kita pelajari dengan baik dulu fungsi dan tujuan asuransi, sesuaikan dengan keuangan dan kebutuhan. Rest in peace ya Acha.
BalasHapusMungkin bapaknya punya pengalaman buruk sama asuransi jadi udah ogah duluan ya..
BalasHapusSedia payung sebelum hujan dalam kehidupan dengan asuransi memang perlu, takutnya tuh kalau kecelakaan gitu..kan ga ada yang tau
Asuransi memang seperti payung id musin hujan jadi harus disediakan memang ya supaya saat perlu sudah tersedia...
BalasHapusMenolak atau enggak memang hak masing-masing sih, ya. Tetapi, memang sebaiknya jangan sadis-sadis amat kalau mau menolak. Mengenai asuransi, kalau saya memang setuju. Punya asuransi peting juga untuk proteksi
BalasHapusWah iya nolak dengan sadis itu kurang empati saya pikir, coba dia ada dipihak dia kan ga enak ditolak sadis gitu hehe....
HapusCeritanya bagus. Dari awal aku baca udah langsung tertarik sm alurnyaa. Hihihi masalah asuransi sih nih aku banget, kadang dpt telp dr sales asuransi langsung ku tolak, padahal seharusnya didengarkan dulu ya
BalasHapusjadi karena diriku menyintai orang sekitar dan diriku sendiri akhirnya memang membeli produk asuransi demi diri sendiri dan orang yang kita cintai
BalasHapusKeturunan Edward Cullen! Ahahah.... Bisa aja. Btw Shin, setelah tanda petik tutup, nggak usah pakai tanda koma lagi :)
BalasHapusasiaaaap, thank you masukannya mba :)
HapusDuh endingnyaaaa.
BalasHapusKalau aku dapat telpon biasanya alesan sibuk dan lain2. Nah loh jadi harus dengerin duluuu, ga sampe juga 5 menit ya kann 🤧🤧
Pengalaman pas sedang ke bank sambil tunggu antrian di CS ada sales asuransi yg promosi meski gak tertarik ikutan tapi ya saya dengarkan hitung2 menghormati
BalasHapusIni kisah beneran atau cerpen, Mbak?
BalasHapusTadinya saya pikir beneran. Setelah nama lengkap disebut, batu kepikiran kalau cerpen
Xixi iya sih benar juga, Asuransi itu sangat dibutuhkan. Apalagi kita nggak tahu kedepan akan seperti apa kondisinya.
BalasHapusPas awal-awal baca, penasaran dong sama Acha. Masuk paragraf selanjutnya, agak curiga. Jangan-jangan acha bakal nawarin asuransi nih. Eh ternyata salah.
BalasHapusTapi ya udah lah, namanya penyesalan pasti datangnya belakangan. Kalau diawal kan pendaftaran.
Btw, cha Rest in Peace ya 😑
Ceritanya menarik.banget kak tapi sayang endingnya sedih.asuransi emang penting banget,apalagi dijaman pandemi sekarang ini. Sedia payung sebelum ujan. Kita gk akan tahu yg akan terjadi besok
BalasHapusbetul mba, kalau agen asuransinya enak jelasinnya aku malah seneng jadi bahan informasi baru, malah kadang aku yang telepon langsung juga.
BalasHapusKeren mba ceritanya. Aku nyari2 loh ini disponsorin asuransi mana gitu,kok gak nongol sampe akhir cerita,hehe. Suerr copy writingnya juara banget.
BalasHapusPesannya tersampaikan memalui kisah Acha mb syn, berasa baca cerpen tapi ada pesan moralnya banget kalau asuransi itu ada manfaatnya ya.
BalasHapusNgena banget ceritanya. Pesannya jelas tersampaikan dengan cerita yang gak membosankan. Kereeen
BalasHapusasuransi itu penting banget ya kak, baca cerita ini makin menekankan kalau kita wajib punya asuransi kesehatan.
BalasHapusKalo sebelumnya udah bikin asuransi, mungkin hartanya gak sampai harus jual sana sini yaa buat pengobatan. Karena biasanya kan ditanggung asuransi.
BalasHapusHmmm kalo baca cerita gini, sedih banget yaa rasanya. Pasti nyesel banget tuh
Iya ya mba, penyesalan selalu datang di akhir ya, kalau di awal namanya pendaftaran. Memang asuransi itu harusnya bisa melindungi setelah kita tidak lagi produktif.
BalasHapusSedih banget kisahnya, tapi apa daya semua sudah menjadi bubur dan terlanjur. Mungkin sudah takdirnya, tapi dari kisah ini kita bisa belajar agar melakukan yg terbaik, persiapkan segala sesuatunya agar tdk menjadi penyesalan di kemudian hari
BalasHapusDuuh kisahnya sedih ya kak. Benar deh, ini penyesalan emang selalu datang terlambat, makanya punya asuransi penting banget sih sebagai payung untuk melindungi kita dari panas atau hujan.
BalasHapusMengharukan banget kisahnya kak. Iya dari kisah ini jadi belajar sih betapa pentingnya asuransi ya kak. Thank you atas sharingnya ya
BalasHapusPenyesalan memang datang terlambat ya. Selagi masih muda dan mampu secara ekonomi, perlu banget punya asuransi. Manfaatnya akan dirasakan pada saat-saat kritis
BalasHapuskurang panjang ah bahasannya wkwkw,,,tapi menarik ya kak...aku suka jalan ceritanya,,ngalir derassss memuncak kek air sungai wkwkkw
BalasHapusYa ampun, sedih banget. Penyesalan emang datang belakangan. Tapi memang di Indonesia, masih banyak yang ga peduli dan memandang negatif asuransi kak. Padahal manfaatnya besar banget nanti jika suatu saat dibutuhkan, asuransi menolong banget
BalasHapusAsli aku jadi teringat jaman remaja baca cerita pendek begini. Dan aku sangat tertegun baca kalimat terakhir hidup dengan penyesalan dan rasa bersalah jauh lebih menyakitkan daripada kematian.
BalasHapusNgena banget ceritanya kak. Nggak kebayang gimana kak Acha bisa survive sama penyakitnya. Kebetulan saya nulis blog buat salah satu asuransi kak. Dan pas gali-gali informasi untuk referensi artikelnya, kayak.. deg. Iya ya, asuransi itu sebenernya baik loh. Tapi jenisnya macam-macam. Ada yang murni dan ada yang unitlink.
BalasHapusKadang sering bingung juga ketika tau informasi ini, gimana ya caranya teliti pas baca polis? Karena asli deh kak, tulisannya kecil-kecil semua haha.
Ibu saya sempat saranin untuk daftar BPJS, karena saya udah nggak ditanggung lagi kak. Salah satu temen juga sering story pengalamannya di-cover asuransi. Apa ini waktu yang tepat ya untuk daftar asuransi? Hihi.